Allahmenciptakan Malaikat untuk hanya taat kepada Allah saja. Sedangkan manusia tidak semuanya taat dan pembangkang kepada Allah swt. 2)Mengapa kita harus mengimani malaikat allah swt? Karena merupakan salah satu Rukun Iman yang wajib kita imani dari sejak dini. Malaikat Jibril merupakan Malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para Rasul Allah Pertanyaan Jelaskan yang dimaksud dengan: manusia sebagai makhluk sosial ( homo socialis )! manusia sebagai makhluk ekonomi ( homo economicus )! berikan contoh makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang berkaitan dengan tugas Anda sebagai pelajar! SS. S. Sumiati. Master Teacher. Mahasiswa/Alumni Universitas Pendidikan Indonesia. Dalamfirman Allah al-Baqarah ayat 30-33, terdapat kisah masyhur yang menjelaskan percakapan Allah dengan malaikat-Nya. Kisah di mana malaikat terkesan "terlihat" mempertanyakan keputusan Allah yang akan menjadikan keturunan Adam sebagai khalifah. Meski sebenarnya tidaklah demikian. Dalam hal ini Syekh Abdul Wahab an-Najjar dalam kitabnya Fast Money. Secara potensial, Allah swt telah menciptakan tiga makhluk; malaikat, manusia dan hewan. Ketiganya memiliki persamaan sekaligus perbedaan. Persamaannya, ketiganya sama-sama sebagai makhluk Allah swt. Sementara perbedaannya terletak pada potensi yang dimiliki oleh masing-masing ketiganya. Allah swt hanya memberikan potensi akal kepada malaikat, tidak punya nafsu. Sehingga wajar jika malaikat sangat patuh kepada Allah swt, karena memang tidak punya kepentingan terhadap dirinya. Sementara manusia, memiliki akal dan nafsu. Dengan begitu, nafsu lah yang menjadi tantangan ketaatan terhadap Tuhannya. Sedangkan hewan, hanya memiliki nafsu, tanpa akal. Oleh karena itu, hewan tidak memiliki beban syari’at taklif. Karena yang menjadi tolak ukur taklif adalah akal. Jika tidak memiliki akal, maka taklif tidak berlaku. Berikutnya adalah, antara malaikat dan manusia, lebih mulia siapa? Apakah malaikat yang tidak memiliki nafsu dan mempunyai loyalitas ibadah total kepada Tuhannya. Atau sebaliknya? Manusia lebih mulia daripada malaikat, karena memiliki potensi nafsu dalam dirinya. Dengan nafsu itu, maka menjadi beban sekaligus tantangan untuk menjaga loyalitas ibadah kepada Allah swt. Apakah beban itu menjadi nilai plus bagi manusia? Syekh Syihabuddin al-Qastalani w. 923 H, ulama kebangsaan Mesir bermadzhab Syafi’i, dalam kitab Al-Mawahib al-Ladunniyah juz 3, hal. 130-131 menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat, antara siapa yang lebih mulia. Apakah malaikat atau manusia. Sebagian ulama berpendapat bahwa malaikatlah yang lebih mulia, sebagian yang lain berpendapat sebaliknya. Menurut al-Qastalani, kelompok yang berpendapat bahwa malaikat lebih mulia daripada manusia adalah dari kalangan Mu’tazilah, para Pakar Filsafat, dan sebagian ulama kalangan Asya’irah. Pendapat ini dipilih oleh AL-Qadli Abi Bakar al-Babqillani w. 1013 M dan Abu Abdillah al-Halimi w. 403 H. Ada beberapa dasar yang menjadi landasan argumen mereka. Berikut beberapa di antaranya. Pertama, malaikat adalah makhluk yang hanya berupa ruh tanpa jasad. Sehingga terhindar dari nafsu syahwat, amarah, dan keburukan-keburukan lainnya. Tampaknya, Al-Ghazali sepakat dengan poin ini. Dalam magnum opusnya, kitab Ihya Ulumiddin menjelaskan bahwa level manusia itu berada di antara malaikat dan hewan. Lebih mulia dari hewan dan lebih rendah dari bangsa malaikat. Berikut penjelasan Al-Ghazali, والإنسان رتبته فوق رتبة البهائم لقدرته بنور العقل على كسر شهوته ودون رتبة الملائكة لاستيلاء الشهوات عليه وكونه مبتلى بمجاهدتها، فكلما انهمك في الشهوات انحط إلى أسفل السافلين والتحق بغمار البهائم، وكلما قمع الشهوات ارتفع إلى أعلى عليين والتحق بأفق الملائكة. Artinya, “Level manusia itu berada di atas hewan karena dengan cahaya akal yang dimilikinya mampu menaklukan syahwat. Akan tetapi di bawah level malaikat karena memiliki syahwat dan diuji untuk menaklukannya.” “Jika ia terbuai oleh syahwatnya, levelnya akan turun setara dengan hewan. Sebaliknya, jika mampu menghancurkan syahwatnya, makan levelnya akan naik setinggi-tingginya bersama golongan para malaikat.” Ihya Ulumiddin, juz , hal. 236 Kedua, para nabi, sebagai level manusia tertinggi dalam strata manusia, mereka belajar kepada para malaikat. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt. berikut, عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ Artinya, “Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat.” QS. An-Najm [53] 5 Jelas, antara orang yang mengajar, dalam hal ini malaikat, dengan yang diajar, yaitu para nabi manusia, lebih utama yang mengajar. Ketiga, dalam al-Quran dan hadits, penyebutan malaikat selalu lebih dulu daripada manusia. Seperti pada pada hadits berikut, خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم Artinya, “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, sementara jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan pada kalian semua.” Dari sini dapat dipahami, bahwa yang didahulukan malaikat berarti lebih mulia daripada yang didahului manusia. Sementara pendapat yang mengatakan manusia lebih mulia dibanding malaikat memiliki beberapa argumen yang juga sekaligus menyanggah argumen pendapat pertama. Syekh Syihabuddin al-Qastalani dalam kitab Al-Mawahib al-Ladunniyah juz 3, hal. 130-131 memilih pendapat ini. Berikut beberapa landasan argumennya. Pertama, manusia memiliki dua potensi dalam dirinya, yaitu akal dan nafsu. Dengan nafsu yang dimilikinya, akan memiliki nilai perjuangan lebih dalam menjalani ketaatan kepada Allah swt. Karena nafsu adalah pintu utama masuk setan untuk menggoda manusia. Lain lagi dengan malaikat yang hanya dikaruniai akal tanpa nafsu. Wajar saja jika malaikat ibadahnya lebih loyal dibanding manusia. Sederhananya, perjuangan ibadah manusia lebih berliku daripada malaikat. Ini menyanggah argumen poin pertama. Kedua, meskipun malaikat mengajari para nabi, tetapi sejatinya bukan malaikat yang mengajari. Melainkan Allah swt. Ini menyanggah argumen poin kedua. Ketiga, penyebutan malaikat lebih didahulukan daripada manusia, bukan karena prioritas; yang didahulukan lebih mulia. Tapi karena memang malaikat lebih dahulu diciptakan daripada manusia. Allah mendahulukan penyebutan makhluk yang lebih dahulu diciptakan-Nya. Ini menyanggah argumen poin ketiga. Memperkuat pendapat kedua manusia lebih mulia dibanding malaikat, Syekh Syihabuddin al-Qastalani mengutip pendapat Syekh Sa’dudin al-Taftazani w. 1390 M. Menurutnya, dalam Al-Qur’an Allah swt memerintahkan malaikat untuk bersujud pada Adam sebagai bentuk penghormatan. Jelas, antara yang disujudi lebih mulia daripada yang bersujud. Berikut redaksinya, بالإجماع, بل بالضرورة- و عوام بني أدم أفضل من عوام الملائكة. فالمسجود له أفضل من الساجد Artinya, “Sudah menjadi kesepakatan, bahkan sebuah keniscayaan, kalangan awam dari manusia lebih mulia dari kalangan awam golongan malaikat. Manusia sebagai yang disujudi lebih mulia daripada malaikat yang mensujudinya.” Al-Mawahib al-Ladunniyah, juz 3, hal. 129 Muhammad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon JAKARTA – Alquran melalui surat Ar Rad ayat 11 dan tafsirnya menerangkan bahwa setiap manusia dikawal atau dijaga malaikat-malaikat. Mereka menjaga manusia secara bergiliran atas perintah Allah SWT. لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ “Baginya manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." QS Ar Rad ayat 11 Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah SWT. Ada malaikat yang bertugas menjaga manusia di malam hari, dan ada yang di siang hari, menjaga dari perbagai bahaya dan kemudaratan. Ada pula malaikat yang mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yaitu malaikat yang berada di sebelah kanan dan kiri. Malaikat yang berada di sebelah kanan mencatat segala kebaikan, dan yang di sebelah kiri mencatat amal keburukan, dan dua malaikat lainnya, yang satu di depan dan satu lagi di belakang. Setiap orang memiliki empat malaikat, empat pada siang hari dan empat pada malam hari. Mereka datang secara bergiliran, sebagaimana diterangkan dalam hadits yang sahih ini. تَعَاقَبُوْنَ فِيْكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُوْنَ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ وَصَلاَةِ الْعَصْرِ فَيَصْعَدُ إِلَيْهِ الَّذِيْنَ بَاتُوْا فِيْكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ وَتَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ. "Ada beberapa malaikat yang menjaga kamu secara bergiliran di malam hari dan di siang hari. Mereka bertemu untuk mengadakan serah terima pada waktu sholat Subuh dan sholat Ashar, lalu naiklah malaikat-malaikat yang menjaga di malam hari kepada Allah Taala. Dia bertanya, sedangkan Ia sudah mengetahui apa yang akan ditanyakannya itu, "Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka di dunia?" Malaikat menjawab, "Kami datang kepada mereka ketika sholat dan kami meninggalkan mereka, dan mereka pun sedang sholat." Riwayat Al Bukhari dari Abu Hurairah BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Ilustrasi mgenimani malaikat. Foto Unsplash/Mufid MajnunDalam agama Islam, terdapat 6 perkara yang ada dalam rukun iman dan wajib diimani, salah satunya adalah iman kepada malaikat. Bukan tanpa alasan umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada malaikat. Sebab terdapat beberapa hikmah beriman kepada dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Istiqomah dan Ulfa Wulan Agustina 2021 3, iman kepada malaikat memiliki arti meyakini bahwa malaikat yang Allah SWT ciptakan dari nur atau cahaya itu ada keberadaannya walaupun tidak bsa dilihat dan meyakini bahwa mereka memiliki sifat-sifat 10 malaikat yang wajib diimani, mulai dari Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar, Nakir, Raqib, Atid, Malik, dan Ridwan. Setiap dari mereka memiliki tugas mulai dari menyampaikan wahyu Allah, memberi rezeki, menanyakan di alam kubur, hingga bertugas di pintu surga dan Hikmah Beriman Kepada Malaikat sebagai Rukun Iman KeduaIlustrasi mengimani malakat sebagai rukun iman kedua. Foto Unsplash/Rachid OuchariaAda banyak hal yang dapat diambil pelajaran dari beriman kepada malaikat, di antaranya adalah1. Taat Beribadah Kepada Allah SWTMalaikat merupakan makhluk yang Allah SWT ciptakan untuk taat kepada-Nya. Hal ini membuat malaikat selalu beribadah dan tunduk akan perintah yang telah Allah SWT الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَArtinya, “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.” QS. Al-A’raf 2062. Mengetahui Bahwa Setiap Perbuatan Pasti DicatatDari 10 malaikat yang wajib diimani, terdapat dua malaikat yang selalu ada di kiri dan kanan manusia. Kedua malaikat tersebut adalah Malaikat Raqib dan Atib. Malaikat Raqib memiliki tugas untuk mencatat amal baik manusia. Sedangkan Malaikat Atid bertugas untuk mencatat hal buruk dan dosa firman Allah SWT,وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌArtinya, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, yaitu ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir," QS. Qaf 16-183. Mempercayai Adanya Rezeki dari Allah SWTMalaikat Mikail merupakan malaikat yang memiliki tugas untuk memberikan rezeki kepada manusia dari Allah SWT. Manusia bisa belajar dari kejadian ini bahwa setiap rezeki yang ada telah Allah SWT مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍArtinya, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” QS. Ar-Ra’d 114. Mempercayai Bahwa Akan Ada Kehidupan Setelah KematianSetelah kehidupan di dunia, bukan berarti manusia bisa hidup bebas. Sebab, akan ada pertanggung jawaban atas apa perbuatannya di dunia. Di mulai saat di alam kubur, yakni terdapat dua Malaikat Munkar Nakir yang menanyakan keimanannya, mulai dari tuhan, agama, hingga اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ“Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang alim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” QS. Ibrahim 27 Iman Kepada Allah SWTDengan menginami malaikat, manusia juga belajar dalam menyempurnakan iman kepada Allah SWT. Sebab, malaikat sebagai ciptaan Allah SWT dan mengetahui berapa besarnya pencipta 5 hikmah dari beriman kepada malaikat. Dengan mengetahui hikmah yang ada, kita dapat menyempurnakan ibadah dan mengetahui bahwa setiap apa yang dilakukan pasti akan dipertanggungjawabkan.MZM

malaikat sebagai pengawas manusia sedangkan manusia sebagai